Postingan Terunggul Hari Ini

4 Pilihan Dalam Berkehidupan

4 pilihan dalam berkehidupan : Ada 4 Pilihan dalam berkehidupan, kamu bisa pilih salah satunya, atau lebih dari itu : 1. Dengan kedudukan Ja...

Pengertian Konflik dan Perbedaan antara Konflik dan kekerasan

Pengertian Konflik dan Perbedaan antara Konflik dan kekerasan

Pengertian Konflik dan Perbedaan antara Konflik dan kekerasan
Pengertian Konflik dan Perbedaan antara Konflik dan kekerasan


1. Pengertian Konflik sosial

Konflik adalah bagian dari interaksi sosial yang  bersifat disasosiatif. Konflik atau  pertentangan diartikan sebagai suatu bentuk interaksi tyang ditandai oleh keadaan saling mengancam, menghancurkan, melukai dan melenyapkan di antara pihak-pihak yang terlibat. Konflik dapat melibatkan perorangan maupun kelompok. Sesuai kenyataan, konflik tidak dapat dilepaskan dari dinamika masyarakat. Hakikat masyarakat yang selalu berubah menjadi lahan bagi munculnya konflik sosial. Dapat dikatakan, bahwa konflik sosial sering muncul sebagai awal dari terjadinya perubahan dalam masyarakat.

Menurut teori konflik, masyarakat memang bersifat pluralistic dan didalamnya terjadi ketidakseimbangan distribusi kekuasaan (authority), artinya dalam suatu masyarakat senantiasa terdapat kelompok-kelompok sosial yang saling bersaing dan berebut pengaruh. Dari persaingan dan perebutan pengaruh itulah, kemudian muncul kelompok yang paling berkuasa dan kelompok-kelompok lain yang berkedudukan sebagai pihak yang dikuasai. Kelompok yang paling berkuasa dan berpengaruh ini biasanya bersifat elit. Mereka memiliki kekuasan untuk menciptakan peraturan-peraturan yang tujuannya untuk membela kepentingan kelompok mereka sendiri. Peraturan-peraturan itu dapat berupa hukum yang mengikat kelompok sosial lai agar tetap patuh. Persaingan yang terjadi di antara kedua jenis kelompok sosial itulah yang menyebabkan terjadinya konflik sosial.

Teori konflik yang dianggap mampu menjelaskan terjadinya konflik sosial terdiri atas dua pandangan, yaitu sebagai berikut.

a. Pandangan pertama, digolongkan sebagai teori klasik yang dimunculkan oleh Karl Marx, George simmel, Lewis Coser, dan Ralf Dahrendorf. Mereka menganggap bahwa konflik terjadi karena adanya perjuangan antarkelas sosial yang ada di masyarakat. Menurut Karl Marx, perjuangan itu berupa pertentangan (konflik) antara kelas borjuis melawan kelas proletar. Kelas borjuis adalah kelompok yang memegang kekuasaan mengatur masyarakat.

Mereka terdiri atas orang-orang kaya yang menguasai alat-alat produksi. Pengaruhnya besar terhadap lembaga-lembaga ekonomi dan politik di masyarakat. Sementara itu, kaum proletar adalah kelompok yang diatur, yaitu para pekerja yang tereksploitasi sebagai buruh bayaran yang bekerja pada pabrik-pabrik milik orang-orang kaya (borjuis).

Konflik sebagai salah satu bentuk dasar interaksi sangat erat kaitannya dengan berbagai proses yang mempersatukan dalam kehidupan sosial. Menurut George Simmel, konflik dan persatuan merupakan bentuk lain dari sosiasi, yang artinya satu tidak penting dari yang lain. Keduanya bukanlah konflik melainkan ketidakterlibatan. Sifat dasar manusia untuk berinteraksi dan bersosialisasi, konflik menjadi sarana interaksi timbale balik dan masyarakat bersemangat untuk melakukannya.

b. Pandangan kedua, dimunculkan oleh Taylor, Walton dan Young. Teori mereka dianggap sebagai pemikiran terbaru (Kontemporer), meskipun secara mendasar intinya sama dengan versi pertama. Terjadinya konflik sosial menurut mereka, juga berakar pada perbedaan distribusi kekuasaan dalam masyarakat. Kaum elit yang berkuasa dianggap sebagai pengontrol pembuatan peraturan dan hukum-hukum untuk menjamin keamanan kepentingan kelompok mereka sendiri. Antara kelompok elit dengan kelompok yang tidak memiliki kekuasaan memiliki kepentingan yang berbeda dan selalu berlawanan.

Lebih jauh, pandangan ini menganggap tindak criminal sebagai tindakan rasional dan memiliki fungsi dalam sistem sosial. Banyaknya tindakan criminal di kalangan golongan masyrakat bawah disebabkan oleh distribusi kekayaan yang tidak seimbang. Tekanan ekonomi yang dialami oleh masyarakt kelas bawah mengakibatkan mereka merasa terasing dan dirugikan, yang kemudian termanifestasi melalui lemahnya ikatan-ikatan sosial dan kurangnya rasa taat terhadap tatanan sosial. Sementara itu, kelompok elit juga cenderung melakukan kejahatan kerah putih (White collar crime). Para penjahat kerah putih bertujuan untuk menumpuk kekayaan mereka. Bahkan, praktik kejahatan ini terorganisasi dan secara teknis terencana dengan baik menjadi bagian dari praktik usaha mereka.
Berdasarkan penjelasan (teori) di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa konflik sosial adalah pertentangan yang terjadi antara unsur-unsur yang ada di dalam masyarakat. Masyarakat adalah suatu kesatuan yang memiliki struktur. Struktur masyarakat tersiri atas bagian-bagian yang disebut dengan kelompok-kelompok sosial. Setiap kelompok sosial memiliki kepentingan tidak sama. Apabila dua atau lebih kelompok sosial saling berselisih karena kepentingannya berseberangan, maka terciptalah konflik. Pada tahap awal, suatu konflik mungkin tidak tampak karena belum pecah secara terbuka. Sering pula pihak pemelihara keamanan berhasil menekan pecahnya konflik. Namun, itu bukan berarti konflik menjadi hilang, karena konflik akan selalu ada dan menunggu waktu untuk muncul.
Selama pemerintahan orde baru hampir tidak terdengar adanya konflik. Hal ini, karena parat keamanan berhasil meredam setiap konflik yang akan muncul. Akan tetapi, ketika aparat keamanan dan pemerintah menghadapi krisis kepercayaan, maka control sosial pun mengendor sehingga pecahlah berbagai konflik. Sejak kerusuhan mei 1998, di berbagai daerah di Indonesia muncul sejumlah konflik.

Pengalaman itu menunjukkan, meskipun pemerintahan yang kuat dengan aparat keamanan yang represif dapat meredam konflik tidak akan efektif selamanya. Konflik yang diredam dengan tindakan represif (menekan) akan dapat kembali mencuat sewaktu-waktu apabila control dari pemerintah dan aparat melemah. Oleh karena iu, pendekatan represif kurng efektif untuk mengatasi konflik, sebab kunci persoalan ada pada faktor penyebab konflik. Apabila faktor-faktor tersebut dapat dikembalikan, maka konflik dapat dikelola dengan baik. Sebagai salah satu bentuk dasar interaksi, konflik tidak dapat dihilangkan, namun dapat diatur agar tidak dapat menimbulkan kerusakan. Masyarakat memang selalu berubah,  dan perubahan itu membuat tuntunan-tuntunan baru muncul di antara kelompok-kelompok di masyarakat. Potensi pergesekan kepentingan  juga akan selalu muncul seiring lahirnya perkembangan baru.

Sebenarnya konflik tidak selalu membawa dampak negatif. Sisi positif konflik adalah konflik mengawali terjadinya perubahan.
Sisi positif konflik menurut Lewis A. Coser diantaranya :
1. Dapat menumbuhkan solidaritas kelompok,
2. Dapat mendorong terbentuknya lembaga pengamanan (satpam, polisi, tentara dan pengadilan)
3. Dapat menjadikan masyyarakat lebih dinamis.

Pertentangan antara kelompok-kelompok sosial pada dasarnya adalah bentuk tuntunan terhadap perubahan kondisi yang tidak menguntungkan. Suatu kelompok yang merasa diperlakukan tidak adil menuntut perubahan, untuk memperjuangkan perubahan itu, jalan yang ditempuh adalah dengan menentang kondisi yang ada.

Berbagai tuntunan perubahan disuarakan dalam berbagai demonstrasi di Jakarta dan kota-kota besar. Mereka menuntut dilaakukannya perubahan tata kehidupan berbangsa dan bernegara. Tentu pemerintah sebagai pihak yang berkuasa menolak tuntunan itu. Terjadilah konflik antara kelompok penuntut dengan pemerintah. Beberapa mahasiswa menjadi korban dalam konflik itu. Rupanya, jatuhnya korban di pihak penuntut perubahan (kelompok reformis) tidak menyurutkan perjuangan mereka  justu semakin keras bersuara dan semakin banyak pula orang yang bergabung. Akhirnya pemerintah mengalah dan presiden menuruti kehendak kelompok reformis untuk mundur.

Sejak saat itu, berbagai perubahan terjadi.Undang-Undang Dasar 1945 yang menjadi pedoman dasar penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia diamandemen berkali-kali. Pemerintahan yang semula terpusat di Jakarta didesentralisasikan ke daerah-daerah. Pemilihan Presiden dan wakil presiden secara langsung telah dilakukan sejak tahun 2004. Demikian juga, pemilihan kepala-kepala daerah (bupati). Semua itu merupakan hasil dari konflik yang pecah dan melahirkan reformasi.

Perlu diingat juga bahwa harga sosial untuk mencapai perubahan-perubahan tersebut sangatlah mahal. Harga sosial adalah nilai pengorbanan (kerugian) yang dialami oleh masyarakat selama terjadinya konflik. Berbagai kerusakan sarana dan prasarana kehidupan, baik milik pribadi, milik umum, maupun milik pemerintah apabila dihitung tentu sangat mahal. Belum lagi kerugian nonfisik, seperti lumpuhnya pemerintahan, terganggunya kegiatan masyarakat, dan melayangnya nyawa manusia. Hal tersebut merupakan harga sosial yang harus diperhitungkan sebagai akibat konflik. Apabila mengingat hal ini, maka konflik terbuka bukanlah cara terbaik untuk mengadakan perubahan sosial.

2. Perbedaan Konflik dengan kekerasan

Pengertian Konflik dan Perbedaan antara Konflik dan kekerasan
Pengertian Konflik dan Perbedaan antara Konflik dan kekerasan


Berdasarkan penjelasan di atas, keberadaan konflik di masyarakat adalah sebuah keniscayaan. Artinya, konflik akan selalu ada dan pasti terjadi dalam masyarakat. Lebih-lebih kalau kita memahaminya dari sudut pandang teori konflik klasik (Karl Marx). Berdasarkan pemahaman teori ini, konflik sosial ternyata mengandung manfaat positif, yakni sebagai bagian dari proses perubahan sosial. Namun, konflik sosial juga dapat bersifat negative, Karena konflik menempatkan warga masyarakat dalam posisi saling bermusuhan. Hal ini berbeda dengan kompetisi. Dalam Kompetisi, interaksi yang terjadi bersifat disasotiatif, namun berlangsung dalam suasana damai. Hal ini tentu saja berbeda dengan konflik, karena konflik adalah interaksi sosial yang berlangsung dengan melibatkan individu-individu atau kelompok-kelompok yang saling menentang dengan ancaman kekerasan.

Konflik sosial yang didasari oleh alasan untuk sekedar mempertahankan diri memang tidak begitu mengarah pada kekerasan, karena konflik sosial seperti ini hanya bersifat defensive saja. Akan tetapi, ada konflik sosial yang terang-terangan bertujuan untuk membinasakan pihak lain yang dipandang sebagai lawan. Konflik sosial jenis kedua inilah yang akan mengarah pada kekerasan, seperti konflik sosial yang merebak di Sampit, Kalimantan yang melibatkan suku Daak dengan kaum pendatang dari Madura. Konflik seperti ini bersifat merusak (negative) karena menimbulkan kerusakan harta benda dan bahkan nyawa manusia. Dalam sejarah internasional, konflik yang mengarah pada kekerasan banyak terjadi, seperti perang etnis di Bosnia-Herzegovina menyusul pecahnya Uni Soviet menjadi Negara-negara kecil.  Begitu pula yang terjadi antara bangsa Palestina dengan Israel di timur tengah.
Perbedaan antara konflik dan kekerasan sangatlah tipis. Konflik sangat potensial memicu lahirnya kekerasan. Sebaliknya, kekerasan sering terjadi sebagai akibat konflik sosial. Walaupun keduanya berjarak sangat tipis, antara konflik dengan kekerasan memiliki perbedaan yang jelas.

Perbedaan antara konflik dan kekerasan.
Konflik :
1. Aktivitas yang dilakukan tidak menimbulkan reaksi yang berarti
2. Tidak berniat menjatuhkan lawan
3. Dapat menjadi motivasi untuk meraih prestasi
4. Dilakukan dengan langkah-langkah nyata untuk mencapai tujuan
Kekerasan :
1. Aktivitas yang dilakukan menimbulkan reaksi keras, bahkan benturan fisik
2. Ada rencana atau niat mencelakakan pihak lain
3. Biasanya muncul karena kesalahpahaman kedua belah pihak
4. Dilakukan dengan penuh prasangka sehingga merugikan pihak lain


Tag : Pengertian Konflik dan Perbedaan antara Konflik dan kekerasan, Pengertian Konflik dan Perbedaan antara Konflik dan kekerasan, Pengertian Konflik dan Perbedaan antara Konflik dan kekerasan, Pengertian Konflik dan Perbedaan antara Konflik dan kekerasan, Pengertian Konflik dan Perbedaan antara Konflik dan kekerasan, Pengertian Konflik dan Perbedaan antara Konflik dan kekerasan, Pengertian Konflik dan Perbedaan antara Konflik dan kekerasan, Pengertian Konflik dan Perbedaan antara Konflik dan kekerasan, Pengertian Konflik dan Perbedaan antara Konflik dan kekerasan, Pengertian Konflik dan Perbedaan antara Konflik dan kekerasan, Pengertian Konflik dan Perbedaan antara Konflik dan kekerasan, Konflik individual, konflik antarkelas, konflik rasial, konflik internasional, Kekerasan, penyebab konflik, integrasi sosial., Konflik individual, konflik antarkelas, konflik rasial, konflik internasional, Kekerasan, penyebab konflik, integrasi sosial.Konflik individual, konflik antarkelas, konflik rasial, konflik internasional, Kekerasan, penyebab konflik, integrasi sosial.

Silahkan Masukkan Email anda Untuk Update Fakta Lainnya:

0 Response to "Pengertian Konflik dan Perbedaan antara Konflik dan kekerasan"

Post a Comment

Tolong Jangan Melakukan SPAM ya.
KOMENTARLAH SESUAI ARTIKEL DI ATAS :)

TERIMA KASIH
ADMIN
INDRA SAPUTRA